Tugas Liburan: Laporan Observasi Bebas

wokeh! ini gw mau nyampah doang. di bawah ini tugas liburan gw... yea, sedih sekali liburanku dihantui oleh tugas... dan bsk gw hrs belajar buat uts... ooh, sedih sekali hidup ini...! *sob* wokeh, itu hiperbol! hha! kenapa tema yang gw ambil itu komik? karena tema itu udah gw teliti dari sejak gw SMP! hha! yah, kayaknya agak sampah sih ni laporan gw.... dapet B- aja kayaknya udah bagus... yah, at least tolong kasih pendapat semuanya ya! heheh!

Komik

Dewasa ini banyak sekali komik yang beredar. Baik itu komik yang ditujukan untuk pembaca dewasa, maupun yang ditujukan untuk pembaca anak-anak. Komik-komik itu berasal tidak hanya dari Eropa dan Amerika seperti yang dahulu, tapi juga dari Jepang, Korea, bahkan dari Indonesia itu sendiri. Terutama komik Jepang yang sekarang sangat digandrungi oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Namun komik Indonesia yang dulu berputar pada perwayangan, politik, dan pahlawan-pahlawan khayalan, sekarang juga sudah berkembang cukup pesat.

Pada dasarnya, jenis gambar pada komik terbagi menjadi empat, yaitu heroik, cute, simple, dan semi-realistik/realistik. Heroik adalah jenis gambar dimana karakter atau tokohnya digambar bentuk tubuh yang keras. Maksudnya adalah pada karakter laki-laki, rahangnya digambar dengan bentuk cenderung kotak, untuk menekankan kemaskulinannya. Begitu pula dengan otot-ototnya, digambar cenderung berlebihan untuk memberikan kesan kokoh dan kuat. Pada tokoh perempuannya, jenis gambar ini semakin menonjolkan bagian dada dan pinggul, serta tetap dengan penggambaran otot walaupun tidak terlalu berlebihan seperti pada tokoh laki-lakinya. Jenis gambar ini paling banyak terlihat pada komik-komik karya Stan Lee dan Akira Toriyama. Sedangkan pada tipe gambar cute, tokoh-tokohnya, baik perempuan maupun laki-laki, digambar dengan wajah yang bulat, mata yang cenderung besar, hidung yang kecil bahkan nyaris tidak digambar, dan mulut yang kecil. Sebetulnya proporsi wajah yang normal adalah lebar mulut sama dengan jarak antar mata. Namun pada tipe gambar cute ini karena ukuran matanya digambar dengan besar dan berlebihan, menyebabkan jarak antar matanya menyempit sehingga ukuran mulutnya menjadi jauh lebih kecil dibandingkan proporsi yang seharusnya. Tipe gambar ini paling banyak ditemukan pada komik Jepang, terutama pada komik shojo (komik yang ditujukan untuk pembaca perempuan). Tipe gambar yang ketiga adalah simple. Tipe gambar ini hampir mirip dengan cute yang membedakan hanyalah matanya. Pada tipe cute, mata karakternya digambar dengan besar dengan kilapan-kilapan serta biji mata yang berlebihan dan bulu mata-bulu mata yang digambarkan panjang dan lentik, sedangkan pada tipe simple gambar mata cenderung hanya biji mata dengan satu atau dua kilapan pada matanya saja dan seringkali tidak menggambar bulu matanya. Gambar simple ini banyak ditemukan pada komik Jepang, terutama komik shounen (komik yang ditujukan untuk pembaca laki-laki), komik Amerika yang ditujukan untuk pembaca anak-anak, dan komik Indonesia dewasa ini. Tipe gambar yang terakhir adalah tipe gambar semi-realistik/realistik. Tipe gambar ini termasuk yang paling detil dan paling menyerupai manusia pada umumnya bila dibandingkan dengan tipe gambar lainnya. Walaupun demikian, tipe gambar ini hampir mirip dengan tipe gambar heroik. Perbedaannya hanyalah tipe gambar ini tidak sekeras seperti pada tipe gambar heroik. Bila pada tipe gambar heroik, otot dan rahang digambar dengan tegas dan jelas, pada tipe semi-realistik/realistik semua digambar sesuai dengan proporsi yang seharusnya. Tipe ini lebih banyak ditemukan pada komik-komik shounen Jepang, beberapa komik Amerika, dan komik-komik Indonesia. Namun seringkali tidak hanya satu jenis tipe gambar saja yang digunakan dalam sebuah komik, biasanya tipe-tipe gambar tersebut digabungkan sehingga menghasilkan gaya gambar yang khas dari komikusnya.

Komik Jepang merupakan komik yang paling banyak peminatnya dewasa ini, bahkan mengalahkan penjualan komik lokal. Dari segi gambar, komik Jepang mengambil contoh karakternya berdasarkan orang-orang pada kehidupan sehari-hari dan kemudian disesuaikan dengan gaya gambar tiap komikus. Hal inilah yang membuat karakternya terlihat hidup dan tidak dibuat-buat. Mengenai tipe gambar, seperti telah disebutkan sebelumnya, komik Jepang menggunakan tipe gambar yang paling banyak bila dibandingkan dengan komik-komik lain. Penggabungan berbagai macam tipe ini menghasilkan karakter-karakter yang unik pada komik Jepang, berbeda dengan komik Amerika yang pada umumnya hanya terpatok pada penggunaan satu jenis tipe gambar saja dalam satu komik. Mengenai gambar latar belakangnya, komik shounen menekankan pada penggunaan arsiran untuk memberikan efek dimensi pada gambarnya, sedangkan pada komik shoujo lebih sering menggunakan tone, rugos, atau bahkan efek komputer pada latar belakangnya. Dari segi cerita, untuk beberapa komik plotnya tersusun dengan rapi, walaupun untuk beberapa komik ceritanya terkesan dipanjang-panjangkan, mengakibatkan komik tersebut kehilangan cerita intinya. Namun mengenai ide ceritanya, walaupun untuk komik shoujo ide ceritanya seringkali sama, untuk komik shounen ide ceritanya cenderung sangat beragam.

Komik Amerika memiliki beberapa kesamaan dengan komik Jepang dalam pengguaan karakternya, seperti menggunakan orang-orang pada kehidupan sehari-hari sebagai tokohnya. Namun dari segi gambar tentu sangat berbeda dengan komik Jepang. Pada komik Amerika, tipe gambar yang dominan adalah heroik, realistik, dan simple atau lebih sering disebut kartun. Untuk gambar latar belakangnya, penggabungan antara teknik manual dan computer dalam pembuatannya seimbang, sehingga tidak menghasilkan gambar yang terlalu kosong dan hanya diisi oleh efek-efek computer saja, tetapi juga arsiran-arsiran untuk menonjolkan dimensi tiap obyek pada latar belakang. Untuk ceritanya, komik Amerika lebih berpusat pada tema-tema cerita fantasi, dongeng, dan pahlawan-pahlawan/heroisme.

Banyak komik Indonesia modern yang masih ‘berkiblat’ kepada komik Jepang. Baik dari segi cerita, gambar, maupun gaya berpakaian karakter-karakternya. Untungnya beberapa komikus modern lainnya sudah berhasil menemukan gaya gambarnya sendiri. Tipe gambar yang sering digunakan oleh komikus modern adalah semi-realis dan simple atau kartun. Sedangkan untuk yang masih ‘berkiblat’ kepada komik Jepang lebih banyak menggunakan tipe gambar cute. Bahkan banyak juga yang mencoba untuk mengambil setting di Jepang. Namun bagi yang sudah memiliki gaya sendiri dan tidak lagi ‘berkiblat’ pada komik Jepang, berhasil mengangkat tema budaya Indonesia dan kehidupan sehari-hari di sekitar kita. Untuk gambar latar belakang, masih ada beberapa komikus Indonesia yang terlalu mengandalkan efek-efek dari software grafis sehingga memberikan kesan kosong dan kurang jelas pada latar belakangnya. Walaupun dewasa ini telah banyak pula yang sudah menggabungkan teknik manual dengan efek komputer sehingga lebih detail dan sesuai proporsi yang seharusnya. Dari segi cerita, patut disayangkan komik-komik Indonesia modern baru membuat komik-komik pendek dan belum dapat merancang cerita dengan plot yang panjang dan kompleks.

Setiap komikus tentunya memiliki ciri khasnya masing-masing baik dalam membuat plot cerita, maupun dalam menggambar. Namun rupanya faktor-faktor lain juga berpengaruh dalam karyanya tersebut, sehingga terdapat beberapa kesamaan dari beberapa komikus yang berasal dari daerah ataupun negara yang sama dan dapat dikelompokan ke dalam klasifikasi yang lebih besar sebelum akhirnya dilihat ciri khas setiap komikusnya. Walau demikian, masih patut disayangkan bahwa Indonesia masih belum bisa menemukan ciri khas komiknya secara keseluruhan dan masih banyak terpengaruh oleh gaya dari komikus-komikus luar lainnya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

0 thougth(s):